Waisak adalah: Ini Sejarah dan Tradisi Unik di Hari Raya Waisak!
By Super You, 1 Jun 2023
Baru-baru ini ramai di media sosial yang memperlihatkan rombongan biksu berjalan kaki menyambut Hari Raya Waisak. Waisak adalah perayaan untuk memperingati peristiwa Tri Suci. Kalau Teman SUPERjuangan juga melihatnya, apakah kamu udah tau Hari Raya Waisak agama apa?
Uniknya, Indonesia dipilih menjadi lokasi tempat perayaan Hari Waisak 2023, yang mana akan berpusat di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Para bhante atau biksu tersebut melewati empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, dan terakhir akan tiba di Indonesia dengan jarak sekitar 2.400 km.
Waisak merupakan hari besar agama Buddha. Namun, pertanyaan mengenai apa itu Hari Raya Waisak kerap muncul bagi sebagian masyarakat Indonesia yang beragama selain Buddha. Nah, nggak ada salahnya bukan kita juga ikut mengenal tradisi unik Hari Raya Waisak. Yuk, belajar bareng SuperMin dalam artikel berikut ini!
Table of Contents
Apa itu Hari Raya Waisak?
Waisak adalah hari Buddha, yang menandai kehidupan Sang Buddha. Pengertian Waisak tersebut diambil dari bahasa Pali, yaitu Wesakha, yang pada gilirannya juga terkait dengan Waishakha dalam bahasa Sansekerta.
Hari Raya Waisak adalah momentum mengingat tiga peristiwa penting di dalam kehidupan Buddha, yang disebut sebagai Tri Suci Waisak. Berdasarkan kalender tradisional, ketiganya jatuh pada hari yang sama dalam Hari Waisak.
1. Kelahiran Pangeran Siddharta
Pangeran Siddharta lahir di Taman Lumbini, berada di kaki gunung Himalaya yang sekarang masuk kawasan Nepal pada tahun 623 sebelum Masehi. Ayah Pangeran Siddharta bernama Suddhodana, ibunya bernama Ratu Mahamaya.
Kelahirannya yang bergelar Pangeran Siddharta Gautama ini kelak menjadi seorang Bodhisattva atau Buddha yang mencapai kebahagiaan tertinggi. Sebagai tempat kelahiran Buddha, Nepal menjadi tempat umat Buddha pertama kali berkembang dan merayakan hari Waisak dengan istimewa.
2. Siddharta mencapai penerangan
Pada usia 29 tahun, Pangeran Siddharta Gautama meninggalkan istana. Hal ini dilakukan untuk mencari kebebasan dari umur tua, penyakit, dan kematian. Kemudian pada tahun 588 sebelum Masehi, tepat di usia 35 tahun, Pangeran Siddharta mencapai penerangan Agung sehingga mendapat gelar Buddha.
Sang Buddha mendapat pencerahan di bawah pohon Bodhi di India sehingga menjadi tempat bersejarah yang dikunjungi saat Hari Raya Waisak. Setelah itu, Sang Buddha berkeliling dunia untuk meditasi selama kurang lebih enam tahun, meski dikisahkan sebagai seorang tunawisma.
3. Pencapaian Parinibbana
Dalam perjalanannya usai mendapat pencerahan, Sang Buddha selalu belajar dan mengajarkan pada orang lain. Itu mengapa Sang Buddha juga dikenal sebagai Guru Agung yang memiliki pemikiran bahwa kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang.
Lalu, Sang Buddha wafat dan mencapai Parinibbana di Kusinara ketika menginjak usia 80 tahun. Sebagai bentuk penghormatan terakhir, pengikutnya melakukan sujud kepada Sang Buddha Gautama pada tahun 543 sebelum Masehi.
Baca juga: Yuk, Cek Syarat Perpanjang SCKC!
Sejarah Singkat Perayaan Hari Waisak
Waisak adalah peristiwa kelahiran sang Buddha dalam perjalanan menuju pencerahan sempurna serta keberangkatan Sang Buddha, atau disebut Tri Suci. Maka, tujuan perayaan Waisak ialah memperingati peristiwa Tri Suci tersebut.
Namun, sejarah singkat perayaan Hari Raya Waisak sudah dilakukan sebelum abad ke-19 secara tertutup. Kemudian, di akhir abad ke-19, sejarah singkat perayaan Hari Waisak mulai bergeser karena adanya pengaruh modernisasi yang berawal dari negara Sri Lanka.
Umat Buddha di Sri Lanka meminta supaya Hari Waisak diakui secara resmi. Maka, pada tahun 1950, konferensi pertama tentang Persekutuan Buddhis Sedunia yang memutuskan perayaan Hari Waisak akan diperingati setiap tahunnya sekaligus pada beberapa negara, termasuk Indonesia.
Ada juga fakta menarik yang perlu kita tau nih, Teman SUPERjuangan. Sejarah singkat perayaan Hari Waisak di Indonesia sudah ada sejak tahun 1929 lho. Berpusat di Candi Borobudur, perayaan Hari Waisak dimulai oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda yang mana anggotanya adalah campuran Eropa serta Jawa Ningrat.
Selain pertanyaan Hari Waisak agama apa, mungkin kita pun bertanya kenapa sih perayaan Waisak di Indonesia selalu berpusat di Candi Borobudur? Ternyata Candi Borobudur termasuk salah satu Dhatu Cetiya, yaitu tempat yang patut diberikan puja oleh umat Buddha karena diyakini menyimpan relik rambut Buddha, guys.
Di Indonesia sendiri, Waisak adalah nama salah satu bulan dalam peninggalan India Kuno saat sedang purnama. Tapi, nggak cuma di negara kita, masih ada sejumlah nama lain Hari Raya Waisak di berbagai negara. Seperti Vesak: penyebutan Hari Raya Waisak di Sri Lanka dan Malaysia.
Juga Visakha Puja: penyebutan Hari Raya Waisak di Thailand, Buddha Purnima atau Buddha Jayanti: penyebutan Hari Raya Waisak di Nepal dan India, Vixakha Bouxa: penyebutan Hari Raya Waisak di Laos, Visak Bochea: penyebutan Hari Raya Waisak di Kamboja, serta masih banyak lagi.
Baca juga: Mengenal Sejarah Hari Lahir Pancasila
Tradisi Unik Hari Raya Waisak
Pengertian Waisak merupakan hari besar agama Buddha sebagai pengikut Sang Buddha Gautama itu sendiri. Hari Raya Waisak biasanya jatuh pada bulan purnama di bulan Mei atau Juni. Selain itu, tujuan perayaan Waisak menjadi waktu untuk merenungkan ajaran Buddha dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, Waisak 2023 kali ini akan jatuh pada tanggal 4 Juni, hari Minggu mendatang, Teman SUPERjuangan. Umumnya, kegiatan Hari Besar Waisak adalah beribadah ke kuil yang prosesnya lebih lama dari kebaktian biasa. Meski begitu, akan ada tradisi unik Hari Raya Waisak, di mana belum tentu dapat kita lihat selain di Hari Waisak.
Kamu sendiri udah tau belum kegiatan Hari Besar Waisak yang akan dilakukan oleh para umat Buddha? Bukan cuma umat Buddha di Indonesia, sejumlah kegiatan Hari Besar Waisak ini juga dilakukan di berbagai negara. Supaya nggak penasaran, yuk ketahui tradisi unik Hari Raya Waisak yang sayang untuk dilewatkan!
Thudong
Menyambut Hari Waisak dengan tradisi Thudong, yaitu melakukan perjalanan ribuan kilometer. Nah, pada Waisak 2023, tradisi unik Hari Raya Waisak satu ini dilakukan oleh 32 biksu dari Nakhon Si Thammarat, Thailand, dan akan berakhir di Candi Borobudur, Indonesia.
Para biksu tersebut sudah melakukan perjalanan sejak Maret 2023 lalu, yang nantinya dari Jakarta menuju Magelang akan ditempuh dengan berjalan kaki. Tujuan tradisi unik Hari Raya Waisak ini untuk melatih kesabaran dan wujud persaudaraan antar umat.
Samadhi
Pada detik-detik puncak bulan purnama, umat Buddha melakukan Samadhi. Kegiatan Hari Besar Waisak ini lebih mudah kita kenal dengan meditasi, sebuah ritual konsentrasi tinggi. Adapun tradisi unik Hari Raya Waisak ini dapat menghilangkan kekotoran batin sehingga jiwa dan pikiran lebih tenang.
Pindapatta
Pindapatta merupakan salah satu kegiatan Hari Besar Waisak, yang mana umat Buddha memberikan dana, makanan, dan kebutuhan donasi kepada para biksu. Tradisi unik Hari Raya Waisak ini mengajarkan umat Buddha untuk melakukan kebaikan kepada sesama.
Pradaksina atau Parikrama
Umat Buddha juga diberikan kesempatan untuk merenungkan sifat leluhur Tri Ratna. Kegiatan Hari Besar Waisak Pradaksina atau Parikrama merupakan upacara penghormatan dengan mengelilingi objek pemujaan, seperti pohon Bodhi atau stupa. Tradisi unik Hari Raya Waisak satu ini dilakukan bersama meditasi.
Menyucikan Sang Buddha
Tradisi unik Hari Raya Waisak selanjutnya adalah patung Buddha akan dimandikan. Nggak ketinggalan patung Buddha tidur terbesar di Indonesia yang ada di Mojokerto ikut dibersihkan dari debu dan karat. Kegiatan Hari Besar Waisak ini sebagai simbol penyucian jiwa manusia dari hal buruk.
Pengambilan air berkat
Kawasan mata air Umbul Jumprit di Temanggung, Jawa Tengah, diyakini sebagai lokasi air berkat yang ada di Indonesia. Para biksu akan mengambil air berkat tersebut dalam Waisak 2023 kali ini. Kegiatan Hari Besar Waisak satu ini melambangkan ketenangan dan kerendahan hati dalam kehidupan.
Penyalaan lilin, obor, atau lampion
Tradisi unik Hari Raya Waisak 2023 lainnya adalah penyalaan lilin, obor, atau ribuan lampion yang bermakna pengharapan. Penyalaan lilin biasa dilakukan di setiap vihara, penyalaan obor menggunakan sumber api abadi di Mrapen, sementara pelepasan lampion terbesar ada di pelataran Candi Borobudur.
Melepaskan burung dari sangkar
Kegiatan Hari Besar Waisak salah satunya melepaskan burung dari sangkar sebagai simbol kebebasan, sarana membuang sial, serta mendatangkan keberuntungan. Tradisi unik Hari Raya Waisak satu ini juga dilakukan oleh umat Buddha di Singapura lho, guys.
Memakai baju berwarna putih
Saat beribadah di Hari Waisak, para umat Buddha dianjurkan memakai baju berwarna putih. Warna putih dianggap mencerminkan kemurnian hati para umat Buddha. Meski tidak wajib, tradisi unik Hari Raya Waisak satu ini diikuti oleh umat Buddha di Nepal, India, dan termasuk Indonesia.
Menghias Candi
Bagi umat Buddha khususnya di Korea Selatan, perayaan Waisak adalah memperingati hari kelahiran Buddha sehingga salah satu kegiatan Hari Besar Waisak adalah menghias candi dengan lampu serta beberapa dipasangkan bendera Buddha. Tradisi unik Hari Raya Waisak ini semakin memeriahkan perayaan Hari Waisak.
Wah, ternyata Waisak adalah perayaan umat Buddha yang punya banyak sekali makna dan tradisinya! Tapi, masih ada yang lebih menarik, guys. Sekarang Super You menyediakan Super Easy Health, yang nggak cuma memberi bermanfaat untuk kesehatan dan keuangan kita, preminya mulai Rp4.500 aja kok per hari! Jadi, tunggu apalagi?