Mengenal Peristiwa G30S/PKI dalam Sejarah Bangsa Indonesia
By Herlambang Satriadi, 27 Sep 2022
Salah satu peristiwa penting menjelang akhir September yang akan selalu diingat oleh masyarakat Indonesia adalah G30S/PKI. Sejarah mencatat dengan jelas bagaimana tahun 1965 diwarnai dengan peristiwa tragis yang bahkan berujung pada kematian beberapa tokoh penting. Yuk, mengenal lebih jauh sejarah G30S/PKI, peristiwa berlangsungnya, tujuan, dan beberapa pemimpin yang akhirnya menjadi korban.
Peristiwa G30S/PKI
Mengenal Sejarah Lengkap G30S/PKI
Munculnya gerakan 30 september atau gerakan G30S bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) langsung, yaitu DN Aidit. Peristiwa tersebut bermula ketika Soebandrio berkunjung ke RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tahun 1963 untuk urusan kenegaraan, yang kemudian Indonesia ditawari oleh pemerintahan Cina bantuan persenjataan untuk 40 batalyon, namun pernyataan tersebut tidak langsung disetujui oleh Soebandrio, sekembalinya dari China Soebandrio menyampaikan perihal bantuan China tersebut kepada Soekarno dan beliau menyetujuinya. Namun, belum memberikan tanggapan kapan persenjataan tersebut akan dikirim.
Bantuan senjata tersebut merupakan awal terbentuknya angkatan ke-lima militer Indonesia yang dipelopori langsung oleh Soekarno. Informasi tersebut langsung tersebar dan sampai kepada PKI. DN aidit kemudian menemui soekarno untuk membicarakan angkatan militer ke-lima dan memberi usulan untuk mempersenjatai buruh dan petani. Mendengar pernyataan tersebut Soekarno tidak langsung memberi restu. Hal ini lah yang menjadikan masalah berlarut antara Soekarno TNI AD. Letjen A. Yani dan para jenderal lain mendukung A.Yani yang dari awal tidak setuju dengan adanya angkatan militer ke-lima.
Kemudian terdapat isu yang berkembang di istana negara, yaitu terdapat sebuah koalisi jenderal yang dinamakan dewan jenderal yang akan melakukan kudeta politik kepada Soekarno. Para pengikut Soekarno melakukan serangkaian rapat dan penelitian mengenai kebenaran isu tersebut.
Baca Juga : 8 Fakta Menarik Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sejak terdengar kabar tersebut, PKI mengadakan pertemuan rahasia dengan oknum- oknum ABRI terlatih. Dalam pertemuan ini, Syam Kamaruzzaman selaku pimpinan biro khusus PKI, melontarkan isu adanya Dewan Jenderal yang hendak melakukan perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan Soekarno.
Pada pertemuan berikutnya, PKI membagi tiga pasukan dengan tugas-tugas yang berbeda, yaitu:
- Pasukan Pasopati yang bertugas untuk menculik dan membunuh Jenderal Angkatan Darat
- Pasukan Bimasakti yang bertugas untuk menguasai RRI dan Telekomunikasi
- Pasukan Gatotkaca yang bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan di Lubang Buaya.
Untuk melancarkan aksinya, PKI bergerak pada dini hari tepatnya pada tanggal 30 september menjelang 1 Oktober 1965 dini hari, dan dipimpin oleh Kolonel Untung yang merupakan Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa, selaku pimpinan formal seluruh gerakan. Gerakan diawali dengan melakukan penculikan para jenderal angkatan darat. Dalam penculikan tersebut Untung dan beberapa petinggi “Gerakan 30 September” menggunakan dua batalyon yakni 454 dan 530.
Baca Juga : Sejarah Supersemar: Isi dan Fakta Menariknya
Tujuan Gerakan 30S PKI
Tujuan dari G30S PKI adalah menggulingkan kepemimpinan soekarno dan menjadikan negara indonesia menjadi negara komunis. Namun dalam perkembangan selanjutnya beberapa tujuan umum G30S PKI dapat diidentifikasi:
Menggulingkan Pemerintahan Soekarno
Salah satu tujuan yang diidentifikasi adalah upaya untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sokarno. Meskipun Soekarno adalah seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia dan awalnya memiliki dukungan PKI, hubungan antara soekarno dan PKI menjadi tegang karena beberapa alasan, termasuk kebijakan luar negeri yang kontroversial.
Mengambil Alih Kekuasaan
Kelompok yang terlibat dalam G30S PKI tampaknya memiliki tujuan untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia melalui kudeta militer. Mereka menginginkan pemerintahan yang lebih terkait dengan ideologi komunis.
Mendukung Revolusi Sosial
Beberapa anggota PKI yang terlibat dalam G30S mungkin melihat peristiwa ini sebagai awal dari revolusi sosial yang akan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Menghilangkan Faksi-faksi Lawan
G30S juga bisa dilihat sebagai upaya untuk menyingkirkan faksi-faksi politik yang dianggap sebagai lawan oleh anggota PKI. Beberapa tokoh militer dan politik yang kritis terhadap PKI diculik dan dibunuh selama peristiwa tersebut.
Pemimpin G30S/PKI yang Paling Ditandai dalam Sejarah
Peristiwa G30S menimbulkan aksi saling tuduh. Pihak Angkatan Darat menuduh PKI sebagai dalangnya. Sementara pihak PKI menyebut tragedi itu adalah buntut dari konflik internal Angkatan Darat. Menanggapi hal itu DN Aidit dari Jakarta menuju ke Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang menjadi basis PKI, untuk menemui ketua PKI setempat sebelum akhirnya terbunuh di Boyolali.
Sebelum peristiwa pembunuhan DN Aidit, sempat menjalani proses penyelidikan dan membuat pengakuan sebanyak 50 lembar. Pengakuan tersebut kemudian diterbitkan di koran berbahasa Inggris yang terbit di Tokyo, Asahi Evening News yang ditulis oleh Koresponden Risuke Hayashi.
Menurut Asahi, DN Aidit mengaku sebagai penanggung jawab tertinggi peristiwa G30S. namun hal ini ditentang oleh Wakil Perdana Menteri era Soekarno, Soebandrio. Menurut Soebandrio, G30S didalangi tentara, dan PKI terseret akibat oknum di dalamnya, salah satunya adalah Sjam Kamaruzaman.
Sementara itu, Kolonel Abdul Latief dalam wawancaranya pernah menyebutkan bahwa G30S disusun untuk menggagalkan upaya kudeta Dewan Jenderal. Akan tetapi, gerakan itu diselewengkan oleh oknum dalam PKI, hingga akhirnya terjadi pembunuhan jenderal dan PKI dituduh sebagai dalangnya.
Terkait siapa yang menjadi dalang peristiwa G30S, banyak tokoh yang menyayangkan pembunuhan DN Aidit, karena dari DN Aidit masih banyak informasi yang bisa digali.
Baca Juga : Ketahui Slogan Kemerdekaan dari HUT RI ke – 77!
Para Pejabat yang Menjadi Korban G30S/PKI
Gerakan G30S PKI ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya. Berikut merupakan TNI AD yang menjadi korban. Keenam perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah:
1. Jendral Ahmad Yani
Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani pada saat itu merupakan Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi). Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Ahmad Yani tewas ketika pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965.
2. Mayor Jenderal TNI Raden Suprapto
Lahir di Purwokerto 20 Juni 1920, R. Suprapto mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan Keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Kemudian dia bekerja di kantor Pendidikan Masyarakat. Pada saat itu beliau menjadi Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi. Akibatnya dia menjadi korban G30S bersama petinggi TNI AD lainnya. Suprapto dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
3. Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman
Lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918. Dikenal dengan nama Siswondo Parman, beliau merupakan petinggi TNI AD orde lama dan pada saat itu beliau berpangkat sebagai Asisten Menteri. Pengalamannya di bidang intelijen bermanfaat bagi TNI terutama mengetahui rencana PKI. Namun pada 1 Oktober 1965, beliau diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.
4. Brigadir Jenderal TNI Donald Isaac Panjaitan
Lahir di Balige Sumatera Utara 19 Juni 1925 dan meninggal di umur 40 tahun pada 1 Oktober 1965. Sebelum meninggal dunia, beliau diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat. D. I. Panjaitan juga mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat.
5. Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo
Lahir di di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922. Beliau adalah seorang perwira tinggi di TNI-AD. Sutoyo ditemukan meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, di usia 43 tahun. Ketika itu Sutoyo menjadi Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat menentang pembentukan angkatan kelima dan gugur dalam G30S.
6. Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono
Lahir di Surabaya 20 Januari 1924, beliau adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia yang terbunuh pada peristiwa G30S PKI, tepatnya pada 1 Oktober dini hari di rumahnya. Mayatnya ditemukan pada tanggal 4 Oktober, kemudian dimakamkan di TMP Kalibata- Jakarta. Pada saat itu beliau menjabat sebagai Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan.
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari 1939. DIa adalah seorang perwira militer di Indonesia sekaligus ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution, yang meninggal akibat G30S di usia 26 tahun karena pasukan PKI mengira ia adalah Jenderal Nasution. Pierre Andreas Tendean adalah pahlawan revolusi yang dipromosikan menjadi kapten Anumerta setelah dirinya meninggal.
Baca Juga : Uang Baru 2022, Ketahui Cara Menukarnya!
Film-Film Indonesia tentang G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI merupakan peristiwa kelam bagi sejarah bangsa Indonesia, hingga saat ini peristiwa tersebut masih menyisakan Misteri. Kisah kelam tersebut beberapa kali juga didokumentasi dalam sebuah film. Berikut beberapa film yang menceritakan tentang peristiwa G30S PKI.
1. Pengkhianatan G30S PKI
Disutradarai oleh Arifin C. Noer, berkisah tentang kekejaman PKI dan detik-detik penculikan para jenderal hingga dibunuh. Kisah yang diceritakan pada film ini merupakan kisah tragedi 30 September 1965 versi pemerintah. Di masa pemerintahan Soeharto, film ini wajib diputar menjelang hari peringatan kesaktian pancasila dan berhenti diputar setelah pemerintahan Soeharto lengser karena dianggap sebagai propaganda pemerintah.
2. The Year of Living Dangerously
Judul film ini diambil dari judul pidato Soekarno pada peringatan kemerdekaan Indonesia tahun 1964. Meskipun mengangkat tragedi September 1965, ternyata pembuatan film ini berlokasi di Australia dan Filipina. Pada masa itu, film ini sempat dilarang tayang di Indonesia hingga tahun 1999 setelah Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden.
3. Shadow Play: Indonesia’s Year of Living Dangerously
Film ini disutradarai oleh Chris Hilton yang dibantu oleh Linda Hunta dan Pramoedya Ananta Toer ini, dalam film ini kamu bisa menemukan sudut pandang lain dari tragedi 1965 secara jelas.
4. 40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy
Film ini mengambil perspektif korban pembantaian yang kala itu diperkirakan mencapai 500.000 hingga jutaan nyawa. Seorang antropologis, Robert Lemelson terjun langsung untuk memotret dampak individu dari kejadian kelam di tahun 1965 tersebut dan berperan penting dibalik film ini.
5. The Act of Killing (Jagal)
Film ini disutradarai oleh Joshua Oppenheimer, yang mengajak penonton untuk menemui para ‘Jagal’ yang menjadi algojo pembantaian dan menceritakan bagaimana mereka melakukan hal tersebut. Film ini juga sukses membangkitkan ingatan tentang peristiwa kelam pada tahun 1965 yang mulai terlupakan.
6. The Look of Silence (Senyap)
Masih disutradarai Joshua Oppenheimer, film ini menceritakan sudut pandang yang bertolak belakang. Dimana dalam ini, Joshua mengajak penonton melihat dari kacamata para korban. Film ini akan membuat penonton tercengang melihat kekejaman yang dilakukan pada bangsa sendiri. Karena pengambilan sudut pandang yang berbeda, dan pengungkapan informasi secara mendalam, film dokumenter ini memenangi Venice Film Festival di tahun 2014 dalam kategori Grand Jury Prize.
Itu dia penjelasan tentang sejarah dan latar belakang munculnya G30S/PKI lengkap dengan beberapa nama tokoh pejabat yang terlibat dan menjadi korban dalam peristiwa tragedi tersebut. Tidak hanya itu, ternyata ada banyak list film yang ide ceritanya mengambil dari kisah sejarah G30S/PKI.