Apa itu Plasenta Previa: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
By Herlambang Satriadi, 31 Dec 2024
Plasenta previa adalah kondisi medis yang terjadi selama kehamilan ketika plasenta, organ yang menyediakan nutrisi dan oksigen kepada janin, berada di posisi yang tidak normal di dalam rahim. Biasanya, plasenta menempel pada bagian atas rahim, tetapi pada kasus plasenta previa, plasenta menempel di bagian bawah rahim, bahkan menutupi serviks. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius baik bagi ibu maupun bayi.
Apa Itu Plasenta Previa?
Plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta menempel di bagian bawah rahim, sehingga sebagian atau seluruhnya menutupi serviks. Ini berbeda dari lokasi normal plasenta, yang biasanya menempel di bagian atas atau sisi rahim, jauh dari serviks. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi selama kehamilan dan persalinan, seperti pendarahan, risiko persalinan prematur, dan masalah kesehatan bagi bayi.
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa diklasifikasikan dalam beberapa kategori berdasarkan seberapa banyak plasenta menutupi serviks:
- Plasenta Previa Marginata: Plasenta hanya menempel di tepi serviks, tetapi tidak sepenuhnya menutupi saluran kelahiran.
- Plasenta Previa Parsial: Sebagian dari plasenta menutupi serviks, tetapi tidak sepenuhnya menutupi saluran kelahiran.
- Plasenta Previa Totalis: Plasenta sepenuhnya menutupi serviks, sehingga menghalangi jalur lahir sepenuhnya.
Table of Contents
Penyebab Plasenta Previa
Penyebab pasti plasenta previa belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini. Beberapa faktor risiko termasuk:
- Usia Ibu: Wanita yang hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko mengalami plasenta previa.
- Kebiasaan Merokok: Merokok selama kehamilan dapat meningkatkan risiko plasenta previa.
- Kehamilan Multipel: Wanita yang mengandung lebih dari satu janin (kehamilan kembar) memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta previa.
- Riwayat Operasi Rahim: Wanita yang pernah menjalani operasi rahim, seperti operasi caesar atau miomektomi, memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta previa.
- Kehamilan Sebelumnya: Jika seorang wanita telah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, risiko terulangnya kondisi ini pada kehamilan berikutnya meningkat.
- Infertilitas: Beberapa masalah kesehatan yang memengaruhi kesuburan, seperti endometriosis atau fibroid rahim, dapat meningkatkan risiko plasenta previa.
Gejala Plasenta Previa
Gejala plasenta previa dapat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada sejauh mana plasenta menutupi serviks. Gejala utama plasenta previa termasuk:
- Pendarahan Vaginal: Pendarahan tanpa rasa sakit, sering kali terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Pendarahan ini bisa ringan atau berat, dan bisa disertai dengan keluarnya lendir atau gumpalan darah.
- Kontraksi Rahim: Beberapa wanita dengan plasenta previa mungkin mengalami kontraksi rahim yang tidak teratur atau terasa nyeri.
- Nyeri Perut: Meskipun tidak selalu, beberapa wanita melaporkan nyeri perut atau ketidaknyamanan, terutama jika plasenta menutupi serviks secara signifikan.
- Penurunan Gerakan Janin: Jika plasenta previa menyebabkan komplikasi serius, ibu mungkin merasakan penurunan gerakan janin.
Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis plasenta previa biasanya dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) selama kehamilan. Metode ini memungkinkan dokter untuk melihat posisi plasenta dan menentukan seberapa banyak plasenta menutupi serviks. Berikut adalah langkah-langkah dalam diagnosis plasenta previa:
- Pemeriksaan Ultrasonografi: USG transabdominal atau transvaginal digunakan untuk melihat posisi plasenta dan mengevaluasi seberapa banyak plasenta menutupi serviks. USG transvaginal seringkali lebih akurat dalam memberikan gambaran posisi plasenta.
- Pemeriksaan Fisik: Jika terdapat gejala pendarahan atau nyeri perut, dokter mungkin melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya pendarahan atau tanda-tanda komplikasi.
- Riwayat Medis: Dokter juga akan mengevaluasi riwayat medis pasien, termasuk kehamilan sebelumnya dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan plasenta previa.
Pengelolaan Plasenta Previa
Pengelolaan plasenta previa tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia kehamilan, tingkat pendarahan, dan kesehatan ibu dan janin. Pengelolaan dapat mencakup:
- Pemantauan Ketat: Jika plasenta previa terdeteksi pada awal kehamilan, dokter akan memantau kondisi ibu dan janin secara rutin untuk memastikan tidak ada komplikasi. Pemantauan termasuk pemeriksaan USG berkala untuk mengevaluasi posisi plasenta.
- Istirahat dan Pembatasan Aktivitas: Pada kasus plasenta previa dengan perdarahan, dokter mungkin menyarankan ibu untuk beristirahat dan membatasi aktivitas fisik untuk mencegah pendarahan lebih lanjut.
- Pengelolaan Pendarahan: Jika pendarahan terjadi, penanganan akan tergantung pada beratnya pendarahan. Pendarahan ringan mungkin tidak memerlukan intervensi khusus, sementara pendarahan berat mungkin memerlukan perawatan medis segera.
- Persalinan Secara Caecar: Jika plasenta previa menutupi serviks secara signifikan atau menyebabkan komplikasi, persalinan caesar biasanya dianjurkan untuk menghindari risiko pendarahan saat persalinan normal.
- Persiapan untuk Persalinan: Jika plasenta previa terdeteksi pada trimester ketiga, dokter mungkin akan merencanakan persalinan dengan cermat, termasuk mempersiapkan tindakan darurat jika pendarahan terjadi sebelum waktunya.
- Perawatan Setelah Persalinan: Setelah persalinan, ibu yang mengalami plasenta previa akan memerlukan pemantauan ekstra untuk memastikan bahwa tidak ada komplikasi lebih lanjut dan bahwa proses pemulihan berlangsung dengan baik.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik bagi ibu maupun bayi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
- Pendarahan Berat: Plasenta previa dapat menyebabkan pendarahan berat, yang dapat memerlukan transfusi darah dan tindakan medis segera.
- Persalinan Prematur: Risiko persalinan prematur lebih tinggi pada wanita dengan plasenta previa. Persalinan prematur dapat meningkatkan risiko komplikasi bagi bayi, seperti gangguan pernapasan dan masalah perkembangan.
- Masalah pada Janin: Plasenta previa dapat mengganggu aliran darah ke janin, yang dapat menyebabkan masalah pertumbuhan atau gangguan kesehatan lainnya.
- Infeksi: Pendarahan yang disebabkan oleh plasenta previa dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu, termasuk infeksi rahim setelah persalinan.
- Ruptur Rahim: Dalam kasus yang jarang terjadi, plasenta previa dapat menyebabkan ruptur rahim, terutama jika terjadi kontraksi yang kuat selama persalinan.
Pencegahan dan Perawatan Diri
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah plasenta previa, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan meminimalkan komplikasi:
- Kunjungan Rutin ke Dokter: Rutin menjalani pemeriksaan kehamilan dan mengikuti saran dokter dapat membantu mendeteksi plasenta previa lebih awal dan memantau kondisi dengan cermat.
- Hindari Merokok: Menghindari merokok selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko plasenta previa.
- Perhatikan Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang untuk mendukung kesehatan ibu dan perkembangan janin.
- Istirahat yang Cukup: Memastikan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas berat dapat membantu mencegah pendarahan dan komplikasi lebih lanjut.
- Patuhi Instruksi Medis: Mengikuti instruksi dokter mengenai pembatasan aktivitas, perawatan diri, dan rencana persalinan dapat membantu meminimalkan risiko dan komplikasi.
Kesimpulan
Plasenta previa adalah kondisi medis serius yang memerlukan perhatian dan manajemen yang hati-hati. Dengan memahami penyebab, gejala, diagnosis, dan pengelolaan plasenta previa, kamu dapat memastikan kesehatan yang optimal bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional medis untuk mendapatkan penilaian yang tepat dan perawatan yang sesuai.
Dengan pengelolaan yang baik dan perhatian medis yang tepat, banyak wanita dengan plasenta previa dapat menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan aman. Teruslah memantau kesehatan dan berbicara dengan penyedia layanan kesehatanmu tentang setiap kekhawatiran atau gejala yang mungkin kamu alami.