Datang dan Pergi Tiba-Tiba, Ini Dia Penjelasan Bell’s Palsy!
By Herlambang Satriadi, 8 Sep 2023
Otot wajah yang melemah pada satu sisi bisa jadi bell’s palsy. Ketika penyakit bell’s palsy terjadi, setengah sisi otot wajah akan menjadi semakin lemah dan terlihat melorot, tetapi biasanya ini hanya bersifat sementara. Meski bisa terjadi pada siapa saja, tetapi risiko terjadinya penyakit bell’s palsy lebih tinggi pada beberapa orang.
Table of Contents
Biasanya terjadinya bell’s palsy adalah secara tiba – tiba dan diketahui akan membaik dalam beberapa minggu. Ketika seseorang mengalami bell’s palsy, mereka hanya bisa mengontrol setengah otot wajah mereka, contohnya, ketika mereka ingin tersenyum, hanya satu sisi dari bibir yang tersenyum. Mengapa hal ini bisa terjadi? Yuk, ketahui lebih jelasnya mengenai penyakit bell’s palsy.
Apa itu Bell’s Palsy?
Dikenali dengan efeknya yang melemahkan satu sisi otot wajah, apa itu bell’s palsy? Penyakit bell’s palsy merupakan kondisi dimana sarat wajah mengalami lumpuh. Penyebab bell’s palsy sehingga menyebabkan kelumpuhan adalah terjadinya peradangan serta pembengkakan saraf yang berfungsi untuk mengontrol otot yang ada di salah satu sisi wajah.
Ketika penyakit bell’s palsy terjadi, ini bisa menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk wajah seseorang.
Penyebab Bell’s Palsy
Aslinya penyebab bell’s palsy terjadi masih belum diketahui secara jelas, tetapi ada beberapa kategori faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit bell’s palsy, yaitu infeksi virus, respon autoimun, faktor genetik dan bisa juga faktor lingkungan.
Diduga terdapat beberapa kondisi penyakit virus yang diduga berperan mengakibatkan terjadinya penyakit bell’s palsy, yakni:
- Virus Herpes Simplex
- Virus Varicella Zoster
- Cytomegalovirus
Selain penyakit virus, diduga ada beberapa kondisi kesehatan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit bell’s palsy, yaitu:
- Infeksi telinga tengah
- Sarcoidosis
- Tumor yang terjadi pada kelenjar ludah
- Hipertensi
- Diabetes
Faktor Risiko Bell’s Palsy
Bell’s palsy memang bisa terjadi pada siapa saja, tetapi terdapat beberapa orang dengan risiko lebih tinggi mengalami bell’s palsy, yakni:
- Memiliki jenis kelamin wanita
- Dalam jenjang usia 15 hingga 60 tahun
- Menderita diabetes
- Memiliki penyakit pernapasan bagian atas
- Sedang hamil, terutama apabila sudah memasuki trimester ketiga
- Mengalami infeksi saluran pernapasan atas, contohnya mengalami flu atau terkena pilek
- Mengidap penyakit autoimun, contohnya myasthenia gravis
- Menderita obesitas
- Rutin terpapar radiasi
- Sering terkena paparan udara dingin
- Mengalami preeklamsia yang parah
- Ada anggota keluarga yang menderita bell’s palsy
- Mengalami stres berat juga bisa menjadi salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit bell’s palsy
Meski penyakit bell’s palsy jarang mengalami pengulangan, tetapi terdapat beberapa kasus dimana terdapat kasus bell’s palsy yang berulang di keluarga dan bagaimana hal ini menunjukkan kemungkinan bell’s palsy memiliki kecenderungan genetik.
Baca Juga: 8 Penyebab Obesitas dan Cara Menanganinya!
Gejala Bell’s Palsy
Penyakit bell’s palsy yang datang dan hilang secara tiba – tiba bervariasi pada setiap orang. Tingkat keparahan yang dialami juga bisa berbeda, ada yang mendapatkan bell’s palsy bersifat ringan ada juga yang mendapatkan bell’s palsy bersifat berat. Namun, terdapat beberapa gejala utama yang dialami ketika terkena penyakit bell’s palsy, yaitu:
Kelumpuhan Wajah
Salah satu gejala paling mencolok dari Bell’s palsy adalah kelumpuhan otot-otot wajah di satu sisi wajah. Kelumpuhan ini biasanya muncul tiba-tiba dan mulai dari dahi mencapai area dagu. Pada sisi yang lumpuh, penderita tidak dapat menggerakkan otot-ototnya dengan baik atau sama sekali. Salah satu efek dari kelumpuhan wajah yang dialami ketika menderita bell’s palsy adalah air liur yang menetes secara konstan karena tidak bisa mengendalikan bibir.
Kehilangan Kemampuan Mengendalikan Ekspresi Wajah
Gejala bell’s palsy mungkin kesulitan dalam mengendalikan ekspresi wajah mereka di sisi yang terkena. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah, mulai dari mengalami kesulitan untuk mengedipkan mata, sulit untuk tersenyum, atau bahkan untuk menggerakkan bibir.
Telinga Sensasi Terdengar Tidak Nyaman
Telah dilaporkan oleh beberapa penderita Bell’s palsy bahwa salah satu gejala bell’s palsy adalah timbulnya sensasi yang tidak nyaman atau rasa sakit di sekitar telinga di sisi yang terkena. Gejala ini menunjukkan bahwa penderita penyakit bell’s palsy bisa menjadi lebih sensitif terhadap suara dan telinga menjadi berdengung atau juga dikenal sebagai tinnitus.
Penurunan Sensasi Rasa
Meskipun gejala bell’s palsy yang utama adalah kelumpuhan otot, beberapa individu juga mungkin mengalami penurunan sensasi rasa di area wajah yang terkena.
Ketidakseimbangan Mata dan Kelopak Mata Turun
Pada beberapa kasus, gejala bell’s palsy adalah mengalami kelumpuhan otot-otot yang mengendalikan kelopak mata bisa mengakibatkan ketidakseimbangan mata, di mana mata yang terkena tidak dapat menutup sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan mata yang terkena menjadi kering dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Hilangnya Kemampuan Merasa Rasa atau Rasa Tertentu
Beberapa individu juga dapat mengalami gejala bell’s palsy dimana hilangnya kemampuan mengecap rasa dengan benar pada bagian wajah yang terkena.
Baca Juga: Bahaya Stroke, Ini 11 Penyebab Stroke yang Harus Dihindari
Ciri-Ciri Bell’s Palsy
Bell’s palsy adalah kondisi medis yang ditandai oleh kelumpuhan otot-otot wajah sebagian atau sepenuhnya pada satu sisi wajah. Ciri-ciri Bell’s palsy meliputi
Kelumpuhan Otot Wajah
Ciri-ciri Bell’s palsy yang paling gampang untuk dikenali adalah kelumpuhan pada otot-otot di satu sisi wajah. Kelumpuhan yang dialami ini bisa membuat seseorang kesulitan atau bahkan tidak bisa menggerakkan otot-otot pada sisi yang terkena.
Kehilangan Kemampuan Mengendalikan Ekspresi Wajah
Individu yang mengalami Bell’s palsy mungkin mengalami salah satu ciri-ciri bell’s palsy dimana mereka kesulitan untuk mengendalikan ekspresi wajah di sisi yang terkena. Mereka mungkin tidak dapat mengedipkan mata dengan benar, tersenyum, atau menggerakkan bibir.
Ketidakseimbangan Mata
Pada beberapa kasus, ciri-ciri bell’s palsy dapat menyebabkan ketidakseimbangan mata di mana mata yang terkena tidak dapat menutup sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan mata yang terkena menjadi kering dan rentan terhadap infeksi.
Ketidaknyamanan di Telinga
Beberapa orang dengan Bell’s palsy melaporkan ciri-ciri bell’s palsy yaitu timbulnya sensasi yang tidak nyaman atau rasa sakit di sekitar telinga di sisi yang terkena.
Hilangnya Kemampuan Merasa atau Merasakan dengan Benar
Beberapa individu juga dapat mengalami ciri-ciri bell’s palsy, seperti hilangnya kemampuan merasa atau merasakan dengan benar pada bagian wajah yang terkena.
Hilangnya Rasa pada Lidah
Pada beberapa kasus, ciri-ciri bell’s palsy dapat mempengaruhi rasa pada lidah di sisi yang terkena.
Sulit Bersin atau Mengunyah
Salah satu ciri-ciri bell’s palsy ini juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, bersin, atau mengunyah makanan di sisi yang terkena.
Perubahan Sensasi di Lidah
Beberapa orang melaporkan ciri-ciri bell’s palsy dalam bentuk perubahan sensasi di lidah, seperti rasa kebas atau perasaan yang aneh pada lidah.
Perasaan Terlalu Sensitif terhadap Suara
Beberapa individu mungkin merasa salah satu ciri-ciri bell’s palsy menyebabkan pendengaran mereka terlalu sensitif terhadap suara (hiperakusis) di sisi yang terkena.
Baca Juga: Jangan Asal! Ini Cara Menggunakan Dexamethasone yang Tepat
Pengobatan Bell’s Palsy
Pengobatan Bell’s palsy biasanya difokuskan pada mengurangi gejala, mempercepat pemulihan dan pencegahan komplikasi. Pengobatan Bell’s palsy dapat mencakup berbagai pendekatan, seperti berikut:
Obat Antivirus
Beberapa dokter mungkin meresepkan obat antivirus seperti valasiklovir dan asiklovir sebagai pengobatan bell’s palsy jika kondisi bell’s palsy terkait dengan infeksi herpes simplex. Penggunaan obat antivirus biasanya lebih efektif jika dimulai dalam 72 jam pertama setelah munculnya gejala.
Kortikosteroid
Kortikosteroid, seperti prednison, sering digunakan sebagai pengobatan bell’s palsy untuk mengurangi peradangan saraf dan mempercepat pemulihan. Penggunaan kortikosteroid juga lebih efektif jika dimulai dalam beberapa hari pertama setelah munculnya gejala.
Terapi Fisik
Terapi fisik juga menjadi pengobatan bell’s palsy. terapi bell’s palsy dapat membantu menjaga otot-otot wajah tetap aktif dan mencegah kekakuan. Terapis fisik akan mengajarkan latihan-latihan khusus untuk memperkuat otot-otot wajah dan meningkatkan koordinasi gerakan.
Perlindungan Mata
Jika kelopak mata tidak dapat menutup sepenuhnya di sisi yang terkena, penting untuk menjaga mata yang terkena tetap terlindungi. pengobatan bell’s palsy ini dapat melibatkan menggunakan tetes mata buatan atau kacamata pelindung saat tidur untuk mencegah mata kering dan perlindungan dari benda asing.
Kontrol Infeksi
Untuk pengobatan bell’s palsy penting untuk menjaga area wajah yang terkena bersih dan bebas dari infeksi. Perawatan kulit yang baik dan perhatian terhadap kebersihan sangat dianjurkan.
Perawatan Mata
Jika mata yang terkena mengalami masalah, seperti infeksi, konjungtivitis, atau ulkus kornea, perawatan mata yang tepat harus diberikan.
Konseling Psikologis
Kondisi ini dapat memiliki dampak psikologis, terutama pada sisi estetika dan emosional. Konseling atau dukungan psikologis dapat membantu individu mengatasi stres dan perasaan negatif yang mungkin timbul akibat perubahan penampilan.
Komplikasi Bell’s Palsy
Meski bell’s palsy biasanya hilang dalam waktu beberapa minggu, tetapi pada kasus penyakit bell’s palsy yang parah, bisa terjadi beberapa komplikasi tertentu, yakni:
Pastikan untuk segera cek ke dokter ketika mengalami gejala atau melihat ciri khas dari bell’s palsy. Untuk menghindari terjadinya risiko finansial dan kesehatan pastikan untuk mempersiapkan diri dengan asuransi kesehatan dari Super You yang bisa memberikan proteksi kesehatan menyeluruh mulai dari Rp135.000 per bulan.