rapid tes, antigen tes, tes antibody

Teman SUPERjuangan tentunya sudah gak asing dong dengan istilah rapid test antigen, rapid test antibodi, maupun PCR? Di tengah Pandemi yang sedang terjadi, ketiga tes ini dijadikan tiga cara utama dalam mendeteksi ada atau tidaknya virus Corona di dalam tubuh kita. Lantas, apa sih yang membedakan antara ketiganya?

Kalau kamu memiliki gejala Corona, antara lain demam, batuk kering, dan disertai sesak napas, maka ada baiknya jika kamu melakukan pemeriksaan COVID-19 melalui salah satu dari ketiga metode ini.

Baca Juga: COVID-19 atau Penyakit Lain, Kenali 22 Penyebab Sesak Napas!

Lantas, apa sih perbedaan antara ketiga metode tersebut? Kapan memerlukan rapid test dan kapan memerlukan PCR? Yuk, simak di artikel berikut!

 

Perbedaan Rapid Antibodi, Rapid Antigen, dan Tes PCR 

Ketiga jenis metode pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mendeteksi virus Corona di dalam tubuh pasien. Namun, tentunya ada perbedaan yang jelas di antara ketiga metode ini. Berikut 5 faktor pembeda dari ketiga tes tersebut.

Rapid Test Antibodi, Antigen, PCR

 

1. Target deteksi

Target deteksi adalah hal yang dideteksi atau dilihat dalam tubuh pasien untuk menentukan apakah pasien tersebut terjangkit COVID-19 atau tidak. 

Untuk rapid test antibodi, ada tidaknya COVID-19 diperiksa melalui antibodi. Sistem imun tubuh manusia memproduksi antibodi untuk memusnahkan virus, termasuk COVID-19. Karena itu biasanya pasien yang sedang sakit akan mempunyai antibodi yang lebih tinggi di dalam tubuh. Rapid test antibodi COVID-19 melalui pemeriksaan IgG dan IgM (immunoglobulin tipe G dan M) membuahkan hasil berupa reaktif (positif) atau non-reaktif (negatif). 

Berbeda halnya dengan rapid test antibodi, rapid test antigen melihat ada tidaknya antigen dalam tubuh. Antigen merupakan zat asing yang masuk ke dalam tubuh, seperti bakteri, virus, atau kuman. Dalam konteks rapid test antigen, antigen yang dideteksi adalah protein nukleokapsid virus SARS-CoV-2, yang merupakan penyebab penyakit COVID-19.

Beda halnya dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction). Jika rapid test mendeteksi antibodi dan antigen, PCR mendeteksi langsung materi genetik dari virus berupa RNA. Setelah ditemukannya RNA dalam sampel, RNA dikonversi menjadi DNA melalui enzim reverse-transcriptase, yang kemudian hasilnya diperbanyak oleh alat PCR. Jika RNA virus SARS-CoV-2 terdeteksi, maka hasilnya positif.

 

2. Sampel yang digunakan

Rapid test antibodi memerlukan sampel berupa darah. Hal ini disebabkan karena kandungan antibodi dalam tubuh dapat dideteksi hanya melalui darah. Sementara itu, rapid test antigen dan PCR mengambil sampel melalui swab nasal/nasofaring, yaitu pengambilan sampel lendir melalui hidung dan/atau tenggorokan. Kedua metode pemeriksaan mencari keadaan materi genetik virus, baik itu berupa antigen atau RNA, yang dapat ditemukan melalui sampel dalam hidung.

 

3. Jangka waktu pemeriksaaan

Layak namanya, rapid test mempunyai jangka waktu pemeriksaan yang lebih cepat. Rapid test, baik itu antigen atau antibodi,  biasanya memakan waktu dari kisaran beberapa menit hingga paling lama 1 jam untuk menunggu hasil pemeriksaannya keluar. 

Namun, untuk tes pemeriksaan menggunakan alat PCR akan membutuhkan waktu yang lebih lama, seperti 1-3 hari pemeriksaan. Hasil pemeriksaan bisa keluar paling lambat 7 hari bila ketersediaan alat sedang terbatas.

 

4. Tingkat akurasi

Walaupun rapid test dapat memberikan hasil yang lebih cepat, tingkat akurasinya jauh lebih rendah dibandingkan PCR. Contohnya seperti rapid test antibodi yang hanya memiliki tingkat akurasi sebesar 18 persen saja. Hal ini menyebabkan rapid test antibodi tidak bisa dijadikan dasar untuk diagnosis penyakit COVID-19. 

Di sisi lain, rapid test antigen memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi, tetapi masih belum seakurat PCR. Karena pengambilannya melalui proses swab, rapid test antigen lebih akurat bila pengambilan sampel dilakukan setidaknya 5 hari setelah adanya gejala COVID-19.

Tes PCR merupakan metode pemeriksaan dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi, yakni 90 persen. Maka dari itu, pemeriksaan tes PCR biasanya dilakukan untuk pemeriksaan diagnosis COVID-19 yang utama.

 

5. Biaya pemeriksaan

Biaya pemeriksaan berbeda-beda tergantung fasilitas kesehatan yang menyediakan, baik itu dari pemerintah, rumah sakit swasta, atau laboratorium klinik. Kabar baiknya adalah Kementerian Kesehatan sudah menetapkan batas maksimal biaya masing-masing metode pemeriksaan, seperti berikut:

Rapid test antibodi : Maksimal Rp150.000

Rapid test antigen : Maksimal Rp275.000

Tes PCR : Maksimal Rp900.000

Apa kamu sudah aman dari risiko COVID-19?

Di tengah pandemi ini, tidak ada salahnya menjaga diri dan keluarga dari risiko kesehatan COVID-19. Karena itu, jangan lupa untuk senantiasa melakukan pencegahan Corona. Jangan lupa membaca informasinya lebih melalui artikel berikut:

Menunggu Herd Immunity, Mari Terapkan 9 Kebiasaan Baru Demi Mencegah Corona

Jangan Panik, Yuk Lakukan Pencegahan Corona Di Kantor!

Virus Mewabah, Ini Langkah Pencegahan Corona untuk Anak!

Selain menjaga diri dan keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan, kamu juga bisa mendapatkan perlindungan dari risiko tutup usia akibat COVID-19 melalui asuransi jiwa Super Life dan asuransi penyakit kritis Super Strong. Hanya mulai dari Rp28.500/bulan lho!

Artikel Terkait