Apa itu Hipotermia: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
By Herlambang Satriadi, 8 Jul 2024
Pernahkah kamu mendengar tentang hipotermia? Buat Teman SUPERjuangan pecinta alam mungkin saja sudah tidak asing. Hipotermia menjadi momok bagi pendaki gunung, yang konon katanya berujung fatal. Sementara para ibu khawatir terhadap risiko hipotermia yang juga rentan menyerang anak bayi baru lahir.
Sederhananya, hipotermia merupakan penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi berbahaya. Diketahui umumnya disebabkan oleh paparan dingin dalam waktu yang lama. Adapun gejala hipotermia yang sering dikeluhkan tubuh merasa kedinginan, gemetar, kebingungan, sulit berbicara, kehilangan kesadaran, hingga kematian.
Lantas, keberadaan hipotermia memang bukan mitos belaka. Penanganannya harus segera dilakukan sebelum terlambat, kalau tidak nyawa taruhannya. Karena itu, lebih penting untuk kita mengetahui penyebab hipotermia, faktor apa saja yang dapat meningkatkan risikonya, mengenali tanda-tanda hipotermia, serta pertolongan pertama menanganinya lebih dini.
Nah Teman SUPERjuangan, lewat artikel kali ini kita akan mengupas tuntas hipotermia. Yuk, baca sampai habis!
Table of Contents
Sebenarnya, Apa itu Hipotermia?
Istilah hipotermia diambil dari bahasa Yunani, yang kemudian diterjemahkan ypo berarti di bawah serta therme berarti panas. Adapun dalam dunia medis, pengertian hipotermia adalah suhu tubuh menjadi sangat rendah di bawah suhu normal. Dengan kata lain, kondisi tubuh lebih cepat kehilangan panas dibandingkan panas yang dihasilkan.
Pada dasarnya, tubuh kita mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yakni antara 36,5 sampai 37,5 °C atau 97,7 sampai 99,5 °F melalui termoregulasi. Itulah rata-rata suhu normal tubuh manusia. Regulasi ini termasuk dalam sistem homeostasis yang berusaha untuk mempertahankan suhu tubuh internal secara stabil.
Teman SUPERjuangan sadar tidak sadar, ketika tubuh berada di lingkungan bersuhu dingin, akan ada sinyal yang dikirimkan ke otot-otot rangka untuk berkontraksi memproduksi panas. Hal ini terjadi secara alami sehingga tubuh akan menghangatkan dirinya. Setelah itu, tubuh mulai membakar lemak guna menghasilkan panas lebih.
Sementara dikatakan hipotermia saat suhu inti tubuh di bawah 35,0 °C atau 95,0 °F. Pada kondisi hipotermia tersebut, tubuh tidak sanggup lagi mengembalikan suhu normalnya karena penurunan yang terlalu cepat serta terlalu lama. Reaksi menggigil yang termasuk mekanisme penghangatan tubuh tidak cukup akibat paparan dingin yang terus-menerus.
Penyebab Hipotermia
Pada pengertian hipotermia di atas, kita sudah dapat mengerti bahwa penyebab hipotermia yang utama adalah paparan dingin ekstrem. Tapi, bagaimana dengan puncak gunung yang letaknya jauh lebih tinggi dekat matahari? Faktanya, semakin bertambah ketinggian, maka semakin rendah suhu karena kepadatan udara itu berada di dekat permukaan bumi. Ketika berada di gunung, kita akan merasa kedinginan.
Sementara penyebab hipotermia pada bayi baru lahir tidak jarang ditemukan kasusnya. Bayi belum memiliki kemampuan adaptasi pada suhu dingin dengan sempurna sehingga suhu tidak normal. Badan bayi pun cenderung basah saat lahir dan harus dikeringkan– terlebih bayi yang lahir prematur atau melalui operasi caesar. Itu mengapa, sebaiknya si kecil masuk ke dalam inkubator guna mempertahankan suhu tubuh normalnya.
Beberapa kebiasaan juga sering menjadi penyebab hipotermia, antara lain membiarkan pakaian basah serta berendam dalam air dingin terlalu lama. Karena ternyata kulit akan mempercepat hilangnya panas dari tubuh. Penyebab hipotermia ini dapat diperparah dengan kamu tidak mengenakan pakaian yang cukup hangat saat cuaca dingin, angin kencang, dan kelembapan tinggi atau pindah ke tempat yang kering dan hangat.
Faktor Risiko Hipotermia
Teman SUPERjuangan tahu nggak sih, ada sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hipotermia disebut faktor risiko hipotermia. Sebagian faktor mungkin saja dialami oleh semua orang, tapi sebagian lagi akibat gaya hidup yang buruk. Apa saja itu? Mari lihat faktor-faktor risiko hipotermia berikut.
- Kelelahan
Tubuh yang lelah berlebihan dapat mengganggu kemampuannya untuk menghasilkan dan mempertahankan suhu tubuh yang normal. Baik lelah secara fisik maupun mental, metabolisme tubuh akan melambat sehingga menghambat mekanisme tubuh menghangatkan diri. Kita pun sulit mengenali atau merespons suhu dingin dengan cepat. Alhasil, kondisi tubuh kelelahan ini mampu meningkatkan faktor risiko hipotermia.
- Dehidrasi
Sekitar 60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan, yang ternyata salah satu manfaatnya guna menjaga suhu tubuh tetap normal loh. Sejalan dengan itu, tubuh yang kekurangan air alias dehidrasi dapat mengganggu sirkulasi darah yang mempengaruhi penghantaran panas dalam tubuh. Sebab itu, orang yang dehidrasi lebih rentan terhadap hipotermia, apalagi saat berada di ruangan bersuhu dingin.
- Operasi
Ruangan operasi memang sengaja dibuat dalam suhu berkisar 19-24 °C dengan tingkat kelembapan yang cukup rendah. Berarti ruangan operasi sangatlah dingin. Ditambah pakaian operasi yang wajib digunakan cukup tipis. Keduanya dapat mengurangi produksi panas dari tubuh. Di samping itu, kulit akan terbuka karena sayatan, yang seharusnya menjadi lapisan penjaga suhu tubuh.
- Penggunaan AC
Bukan tanpa sebab penggunaan AC justru meningkatkan faktor risiko hipotermia. Alasannya tidak jauh berbeda dengan seseorang yang menjalani operasi, di mana suhu yang terlalu rendah dalam waktu yang lama menyebabkan penurunan suhu secara bertahap.
- Mengonsumsi alkohol
Alkohol juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur suhu normalnya. Alkohol terbukti mampu melebarkan pembuluh darah sehingga tubuh kehilangan panas lebih cepat. Selain itu, saat mengonsumsi alkohol, tubuh menjadi sulit mengenali rasa dingin bahkan gejala hipotermia.
- Lanjut usia
Bukan hanya pada bayi, risiko hipotermia pun mengintai kelompok lanjut usia. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh mengatur suhu normal hingga kadar lemak dan otot yang mempengaruhi isolasi termal. Usia yang sudah lanjut juga rentan mengalami kelelahan.
- Kondisi medis tertentu
Kondisi medis tertentu, seperti yang diketahui diabetes, termasuk masalah pembuluh darah, gangguan tiroid, parkinson, stroke, bahkan kondisi neurologis ternyata dapat meningkatkan risiko hipotermia. Persepsi mengenai suhu tubuh berbeda pada tubuh penderitanya.
Gejala Hipotermia
Dari penyebab hipotermia sampai faktor risikonya yang begitu kompleks, disayangkan masih banyak yang belum bisa mendeteksi dini gejala hipotermia. Nasib bayi baru lahir, remaja, pendaki gunung, bahkan lansia yang dapat berakhir fatal akibat penanganan hipotermia yang terlambat.
Nah, Teman SUPERjuangan coba perhatikan gejala hipotermia yang bervariasi, mulai dari fase ringan, sedang, hingga berat di bawah ini. Apakah kamu pernah mengalaminya?
- Fase ringan
Gejala hipotermia tergantung pada tingkat keparahannya, alias fase gejala hipotermia. Fase ringan ditandai dengan suhu tubuh 32-35 °C. Namun, gejala hipotermia satu ini juga diikuti dengan kondisi:
- kedinginan
- menggigil
- mengantuk
- napas cepat
- respon menurun
- kulit memucat
- mati rasa
- Fase sedang
Gejala hipotermia fase ringan yang dibiarkan gitu aja bisa berubah jadi fase sedang sewaktu-waktu. Suhu tubuh menunjukkan angka 28-32 °C. Adapun pengidap gejala hipotermia fase sedang akan berhenti menggigil, tapi mengalami:
- napas lambat
- denyut nadi lambat
- sulit menahan buang air kecil
- tekanan darah menurun
- kesadaran menurun
- Fase berat
Gejala hipotermia fase paling berat membuat suhu tubuh berada di bawah 28 °C dan menimbulkan:
- kaku otot
- pernapasan melemah
- tidak memberi respon saat diberi rangsangan
- denyut nadi makin melambat bahkan terhenti
- hilang kesadaran
Cara Mengobati Hipotermia
Kalau kamu pernah mengalami gejala hipotermia seperti yang sudah disebutkan, jangan ragu pergi ke ahli layaknya dokter. Dan, kamu bisa melakukan pertolongan pertama. Terutama buat Teman SUPERjuangan pendaki gunung, jangan sampai kamu itu dibilang fomo aja. Ini dia cara mengobati hipotermia!
- Bawa ke tempat yang hangat
Penyebab hipotermia adalah terpapar cuaca dingin yang berlebihan, karena itu segera pindahkan penderita hipotermia ke tempat yang lebih hangat. Dengan kata lain, hindari area yang dingin, apalagi basah.
- Ganti pakaian basah
Jika pakaian orang yang mengalami gejala hipotermia basah, atau penyebab hipotermia itu sendiri, segera ganti pakaiannya dengan yang kering dan longgar. Hindari pakaian yang ketat, yang membuat sirkulasi darah terhambat.
- Berikan suhu tambahan
Tambahkan selimut pada tubuhnya atau alat pemanas lain di sekitarnya guna meningkatkan suhu tubuh. Kamu juga bisa membantu pemanasan tubuh dengan cara berbagi panas dari tubuh kamu. Setelah penderita hipotermia sadar, segera berikan minuman hangat.
- Cari tenaga medis
Cara mengobati hipotermia terakhir yang nggak boleh kamu lewatkan, yaitu mencari bantuan tenaga medis. Tentu dokter bisa memberikan perawatan lebih lanjut. Sebaiknya tetap lakukan langkah ini, baik kondisinya bertambah parah maupun sudah cukup membaik.
Nah di balik itu, pentingnya kita menjaga tubuh dan keuangan yang sehat sehingga risiko hipotermia serta biaya yang ditimbulkan bisa dicegah. Teman SUPERjuangan bisa percayakan Super You by Sequis yang memberi manfaat terbaik asuransi kesehatan menyeluruh Super Easy Health dengan premi mulai Rp4.500/hari aja loh. Yuk, daftar sekarang!