Bahaya Kifosis: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya
By Herlambang Satriadi, 3 Nov 2023
Tahukah kamu, bahaya kifosis ternyata mengintai anak muda saat ini yang punya kebiasaan duduk dan berjalan yang salah, sebut saja punggung bungkuk. Kifosis memang banyak dialami oleh lanjut usia, namun tidak menutup kemungkinan rentan juga pada anak dan remaja loh.
Teman SUPERjuangan, pasti udah nggak asing dengan kifosis, lordosis, skoliosis, tiga jenis penyakit tulang yang paling sering terjadi. Kalau begitu, apa pengertian kifosis itu sendiri? Dan gimana sih supaya kifosis nggak tambah parah? Yuk, kenali lebih lanjut kelainan tulang kifosis lewat artikel di bawah ini!
Apa itu Kifosis?
Meski dikenal sangat kuat dan keras, tulang tetap rentan mengalami berbagai jenis penyakit. Beberapa karena bawaan lahir, beberapa lainnya karena pola hidup atau kebiasaan yang buruk. Salah satunya ada kelainan tulang kifosis, lordosis, skoliosis. Nah, apa itu kifosis?
Pengertian kifosis merupakan kelainan yang terjadi pada tulang belakang sehingga bagian atas punggung melengkung menyerupai bulatan. Umumnya tulang belakang memiliki lengkungan alami pada kisaran 25-45 derajat, sementara pada penderita kifosis dapat melengkung hingga 50 derajat atau lebih.
Jika kamu melihat dari bagian tubuh samping, akan seperti punuk alias tonjolan di bagian punggung atas penderitanya. Selain itu, menurut penelitian, risiko kelainan tulang kifosis satu ini lebih tinggi pada remaja yang dalam masa pertumbuhan dan wanita lanjut usia.
Penyebab Kifosis
Setelah mengetahui gambaran pengertian kifosis, tentu Teman SEPERjuangan juga harus memahami penyebab kifosis yang harus diwaspadai. Pada dasarnya, terdapat tiga penyebab kifosis, yang selanjutnya dikelompokkan menjadi jenis-jenis kifosis. Yuk, kupas tuntas penyebab kifosis supaya tahu bahaya kifosis!
Postural Kyphosis
Postural kyphosis merupakan penyebab kifosis paling umum yang terjadi pada anak dan remaja sedang dalam masa pertumbuhan. Penyebab kifosis satu ini lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan dibanding laki-laki karena kesalahan postur tubuh. Nah, jaman sekarang, siapa yang nggak suka main gadget?
Selain sering bungkuk saat main gadget, juga bisa terjadi saat bersandar di kursi, atau tas sekolah yang terlalu berat. Meski tidak menyebabkan nyeri dan tidak mengganggu saat beraktivitas, Postural kyphosis bisa menyebabkan kebungkukan pada tulang punggung yang mencapai 50 derajat atau lebih. Gen Z, kamu harus hati-hati, ya!
Scheuermann’s Kyphosis
Scheuermann’s Kyphosis merupakan penyebab kifosis yang terjadi ketika tulang belakang mengalami kelainan semasa sebelum pubertas. Penyebab kifosis satu ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Scheuermann’s Kyphosis yang sudah terbentuk sebelum masa pubertas menjadi semakin kaku.
Mengingat tulang belakang bertumpuk satu sama lain, bisa semakin parah seiring masa pertumbuhan hingga berisiko membuat penderita tidak dapat berdiri lurus. Meski tidak terjadi pada semua penderita, penyebab kifosis satu ini menyebabkan nyeri pada bagian yang paling melengkung apalagi saat beraktivitas.
Congenital Kyphosis
Berbeda dengan scheuermann’s dan postural, congenital kyphosis terjadi semasa masih di dalam kandungan. Congenital Kyphosis dapat terjadi pada satu atau lebih dari satu tulang belakang dan seiring pertumbuhan anak, kondisinya dapat memburuk saat masa pertumbuhan, karena itu penyebab kifosis ini memerlukan tindakan operasi secepatnya.
Meski belum diketahui penyebab kifosis satu ini, banyak yang menduga dikarenakan oleh kelainan genetik. Dugaan ini diperkuat oleh beberapa kasus di mana anak yang mengalami kelainan tulang kifosis berasal dari keluarga yang memiliki riwayat congenital kyphosis. Sebagai orang tua, kita juga harus waspada bahaya kifosis pada anak loh.
Susu Sangat Baik untuk Kesehatan Tulang, Ada Susu Sapi dan Susu Kambing
Faktor Risiko Kifosis
Kelainan tulang kifosis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan risiko bahaya kifosis jauh lebih meningkat jika memiliki beberapa kondisi. Bisa karena aktivitas, cedera, atau juga masalah kesehatan tertentu yang lagi dialami. Yuk, cari tahu faktor risiko bahaya kifosis di bawah ini!
- Skoliosis
- Osteoporosis
- Osteogenesis imperfecta
- Spina bifida
- Paget
- Tuberkulosis
- Fraktur kompresi
- Kanker dan pengobatannya
- Distrofi otot
- Neurofibromatosis
- Cedera tulang belakang
- Degenerasi bantalan sendi tulang belakang
- Sindrom Marfan
- Sindrom Ehlers – Danlos
Gejala Kifosis
“Supermin, saya dibilang penderita kifosis!”
Coba, siapa yang pernah dibilang begitu karena punggung yang bungkuk atau justru kamu yang menilai nih? Memang bikin nggak pede sih. Tapi, emang udah pasti kifosis? Nah, amati dulu gejala kifosis, mulai dari gejala kifosis yang umum sampai gejala kifosis yang berkembang!
Berikut ini adalah beberapa gejala kifosis yang umum ditunjukan oleh penderita kifosis:
- Tinggi pada bahu kanan dan kiri berbeda
- Kepala terlihat lebih maju dibanding bagian tubuh yang lainnya
- Saat membungkuk punggung terlihat miring
- Sensasi nyeri atau kaku di punggung
- Kelelahan
- Otot belakang paha terasa kencang
Saat kondisinya memburuk, akan timbul gejala kifosis yang berkembang seperti berikut ini:
- Pola buang air besar dan air kecil berubah
- Kesulitan menarik napas
- Masalah pada kaki seperti kaki yang melemah, kaku atau kesemutan
Komplikasi Kifosis
Apakah kifosis bisa memburuk? Tentu! Meski kedengarannya hanya punggung yang bungkuk, bahaya kifosis juga bisa disertai komplikasi lainnya jika tidak ditangani. Apa aja sih komplikasi dari bahaya kifosis? Ini dia bahaya kifosis!
Gangguan saraf
Bahaya kifosis yang tidak diketahui sedari awal akan membuat struktur tulang belakang semakin berat. Kondisi ini bisa menyebabkan penyempitan pada bantalan tulang, tempat yang dilewati oleh saraf menjadi terjepit. Bahaya kifosis ini juga bisa membuat penderitanya mengeluhkan rasa nyeri yang terus-menerus sampai kesemutan atau baal di area sekitar punggung.
Gangguan pernapasan
Nggak cuma membuat penurunan tinggi badan seseorang alias kelihatan lebih pendek, bahaya kifosis kian parah menekan paru-paru oleh karena kelengkungan tulang belakang yang abnormal. Bahaya kifosis satu ini berupa sesak atau kesulitan bernafas yang intensitasnya ringan hingga berat. Alhasil, penderita kelainan tulang kifosis mengalami gangguan pernapasan.
Gangguan pencernaan
Bahaya kifosis yang memburuk membuat penurunan kekuatan otot juga bisa menekan saluran pencernaan dan menyebabkan kesusahan untuk mencerna hingga gangguan pencernaan seperti maag dan GERD. Bahkan, dokter atau ahli bedah harus memperhatikan adanya gangguan pencernaan pada pasien lanjut usia dengan kelainan tulang kifosis ini.
Gerak tubuh yang terbatas
Bahaya kifosis membuat punggung makin membungkuk, tubuh pun terasa lebih berat. Hal ini menyebabkan penderitanya sangat sulit untuk bergerak, seperti berjalan, berdiri, sekadar mengangkat kepala, bahkan kadang nyeri saat berbaring. Bahaya kifosis satu ini juga dikaitkan dengan melemahnya otot punggung, salah satu anggota penggerak badan.
Penampilan yang mencolok
Salah satu bahaya kifosis yang kerap dikeluhkan oleh penderitanya adalah perubahan postur tubuh terlihat mencolok dengan tulang punggung yang melengkung. Bahaya kifosis satu ini membuat penderitanya merasa kurang percaya diri serta malu untuk bersosialisasi, seakan terlihat berbeda dari orang pada normalnya.
Cara Mencegah Kifosis
Teman SUPERjuangan, yuk kita cegah bahaya kifosis sebelum terlambat. Cara mencegah kifosis sebenarnya gampang banget loh, mulai dari yang kita lakukan sehari-hari, nggak selalu dengan kretek kok. Pertama, stop lakukan tiga kebiasaan buruk di bawah ini sebagai cara mencegah kifosis!
- Cara duduk atau berdiri yang membungkuk
- Membawa barang berat di punggung
- Menatap layar ponsel berlebihan
Kedua, sebaiknya ubah kebiasaan buruk di atas menjadi gerakan-gerakan yang mendukung cara mencegah kifosis di bawah ini!
- Biasakan duduk atau berdiri dengan tegak
- Menguatkan otot punggung dan perut
- Pastikan berat badan ideal
- Rutin berolahraga untuk menjaga kekuatan dan kelenturan tulang punggung, mulai dari face pull menarik tangan ke belakang, berenang, hingga lari.
Cara Mengatasi Kifosis
Apabila mengalami gejala kifosis, ini waktu yang tepat untuk melakukan pengecekan ke dokter. Tidak ada bagusnya untuk menunda. Setelah melihat adanya masalah postur seperti lengkungan pada tulang belakang atau membungkuk pada diri sendiri, anak, maupun seseorang.
Diagnosis Kifosis
Untuk melakukan diagnosis kifosis, langkah awal yang akan dilakukan oleh dokter adalah dengan mempertanyakan gejala kifosis serta riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik akan dilakukan kemudian seperti berikut ini:
- Mengukur tinggi badan pasien
- Menganalisa lengkung tulang belakang pasien
- Melihat kondisi punggung pasien saat tiduran, apakah akan lurus atau masih melengkung
Dari ketiga analisis ini akan bisa mengambil kesimpulan mengenai kifosis yang diderita. Bila saat tiduran tulang lurus, maka diduga memiliki postural kyphosis, tetapi apabila saat tiduran tulang masih bengkok maka pasien kemungkinan memiliki Scheuermann’s atau congenital kyphosis.
Selain pengecekan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan saraf agar bisa mengetahui kondisi refleks dan kekuatan otot pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah kifosis telah mempengaruhi saraf tulang belakang atau belum. Ini adalah beberapa pemeriksaan lainnya yang bisa membantu dokter untuk mengambil kesimpulan.
Foto Rontgen, CT scan atau MRI yang diperlukan untuk menghitung lengkungan tulang belakang, mendeteksi apa tulang belakang memiliki kelainan bentuk, memeriksa adanya kemungkinan infeksi atau tumor pada tulang belakang, dan kondisi saraf tulang belakang. Diagnosis ini juga untuk mengecek kepadatan tulang sehingga mengetahui perubahan disebabkan oleh kerapuhan atau bukan.
1. Fisioterapi
Setelah dilakukan diagnosis kifosis, penderitanya bisa melakukan sejumlah pilihan cara mengatasi kifosis. Nah, yang pertama adalah fisioterapi kifosis. Fisioterapi juga dikenal sebagai terapi fisik, memberikan sejumlah program latihan khusus untuk mengembalikan postur punggung yang normal.
Selain itu, cara mengatasi kifosis satu ini membantu meningkatkan kekuatan otot punggung. Dan pada umumnya, cara mengatasi kifosis melalui fisioterapi ditujukan bagi penderita kifosis tingkat ringan. Jadi, sebaiknya tetap konsultasikan terlebih dahulu cara mengatasi kifosis melalui terapi dengan dokter, ya.
2. Operasi
Operasi biasanya dilakukan pada pasien yang penderita congenital kyphosis atau scheuermann’s kyphosis dimana lengkungan tulang belakang mencapai 70-75 derajat, kondisi kifosis disertai dengan sensasi nyeri yang parah dan saat kondisi kifosis telah menjepit saraf tulang belakang.
Cara mengatasi kifosis satu ini melalui tindakan operasi, yang mana dokter akan memasukkan potongan tulang pada bagian ruas tulang belakang penderita kelainan tulang kifosis. Selain berkonsultasi, diperlukan biaya, maka udah saatnya untuk mempertimbangkan asuransi kesehatan mulai dari sekarang.
3. Menggunakan penyangga
Apabila masih anak-anak dengan penyebab kifosis atau jenis scheuermann’s kyphosis, menggunakan penyangga punggung hingga usia 14-15 tahun dapat membantu mencegah tulang belakang makin melengkung. Atau juga orang dewasa untuk membenarkan postur tubuh, cara mengatasi kifosis satu ini bisa menggunakan korset.
4. Pemberian obat
Eits, pemberian obat ini bukan untuk mengembalikan postur punggung kifosis yang membungkuk ya, melainkan untuk mengurangi atau mengobati rasa sakit alias nyeri yang nggak jarang timbul akibat kelainan tulang kifosis. Cara mengatasi kifosis satu ini juga harus dengan resep dokter sesuai dengan gejala kifosis yang dialami.
Nah, sekarang udah tau dong bahaya kifosis? Selain melakukan cara mencegah kifosis, yuk lengkapi proteksi kesehatan kamu dari risiko yang tak terduga tanpa harus keluar biaya mahal. Karena sekarang ada Super Easy Health dari Super You by Sequis, asuransi kesehatan menyeluruh dengan premi mulai Rp4.500 aja per hari! Tunggu apalagi?